Saturday, December 19, 2015

Manfaat brotowali - tanaman obat multi manfaat

manfaat brotowali

Brotowali (Tinospora crispa(L.)MIERS.) merupakan tanaman obat dari famili menispermaceae yang serbaguna karena dapat digunakan untuk obat berbagai penyakit seperti rematrik, kencing manis, sakit kuning, dan beberapa penyakit lainnya.

Brotowali merupakan tumbuhan merambat dengan panjang mencapai 2,5 m atau lebih, biasa tumbuh liar dihutan,ladang atau ditanam dihalaman dekat pagar dan biasanya ditanam sebagai tumbuhan obat. Batang sebesar jari kelingking, berbintil- bintil rapat,dan rasanya pahit. Daun tunggal,bertangkai dan berbentuk seperti jantung atau agak membundar, berujung lancip dengan panjang 7-12 cm dan lebar 5-10 cm. Bunga kecil, berwarna hijau muda atau putih kehijauan. Brotowali menyebar merata hampir diseluruh wilayah Indonesia dan beberapa negara lain di Asia Tenggara dan India. Brotowali tumbuh baik di hutan terbuka atau semak belukar didaerah tropis. Cara perbanyakan tnaman ini sangat mudah yaitu dengan stek batang.

Banyaknya manfaat brotowali mungkin berkaitan dengan banyaknya jenis senyawa kimia yang dikandungnya, antara lain, alkaloida, damar lunak, pati, glikosida, zat pahit, pikroretin, harsa, barberin, palmatin, kolumbin, dan jatrorhize. Zat pahit pikroretin merangsang kerja urat saraf sehingga alat pernafasan dapat bekerja dengan baik. Kandungan alkaloid berberin berguna untuk membunuh bakteri pada luka. Selain itu brotowali juga bermanfaat untuk menambah nafsu makan dan menurunkan kadar gula.

Berdasarkan pemeriksaan laboratorium brotowali mengandung pati, alkaloid yang terdiri dari N-asetil-nornuciferin, N-formil-annonain, dan N-formilnornuceferin. Disamping itu ditemukan pula suatu glikosida furanoditerpen yang berasa pahit. Pada akar tanaman juga terdapat alkaloid berberin. Kandungan berberin berkhasiat membunuh bakteri pada luka. Kandungan bahan yang lain dimanfaatkan untuk menambah nafsu makan maupun menurunkan kadar gula darah. Batang brotowali juga digunakan untuk pengobatan penyakit kuning, kencing manis dan nyeri perut. Pada pemakaian sebagai obat luar, rendaman batang brotowali bisa digunakan untuk membersihakan luka atau kudis.

Penelitian yang dilakukan oleh Zakariaet al., (2006) menyatakan bahwa ekstrak air batang brotowali dengan konsentrasi 25-100% efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri Clostridium diphtheriae dan Streptococcus pneumoniae. Pada konsentrasi 50-100% menghambat pertumbuhan Escherichia coli. Ekstrak etanol dan kloroform batang brotowali dengan konsentrasi 25-100% efektif menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, S. pneumoniae, C. diphtheriae dan Shigella flexneri. Pada ekstrak kloroform batang brotowali konsentrasi 50-100% efektif menghambat pertumbuhan E.coli, sedangkan konsentrasi 75% ke atas efektif menghambat pertumbuhan S.aureus. Senyawa aktif yang diduga berperan dalam aktivitas antibakterial tersebut antara lain flavonoid,tanin, glikosida, dan saponin.

Berdasarkan penelitian oleh Gupta et al., (2010) menyebutkan fraksi etil asetat dari Mallotus philippensis memiliki aktivitas antibakterial terhadap Mycobacterium tuberculosis dengan KHM 0,05 mg/mL, lebih baik daripada fraksi heksan dan kloroform. Selain itu Gupta et al., (2007) menyebutkan bahwa fraksi etil asetat dari akar Glycyrrhiza glabra dengan konsentrasi 100-250 μg/mL memiliki aktivitas antituberkulosis. Berdasarkan penelitian tersebut, batang brotowali memiliki efek bakteriostatik terhadap S. pneumoniae yang merupakan salah satu bakteri penyebab infeksi paru.

Brotowali sudah diakui dapat digunakan sebagai antimalaria karena memiliki kandungan tinokrisposid. Ekstrak brotowali juga diketahui memiliki aktivitas hipoglikemik karena dapat menurunkan serum glukosa melalui mekanisme peningkatan sekresi insulin pada percobaan dengan menggunakan tikus normal maupun tikus yang mengalami diabetes melitis tipe 2, sedangkan percobaan pada tikus yang mengalami diabetes melitus tipe 1 brotowali bekerja dengan cara mengurangi kadar glukosa tanpa mengubah tingkat insulin (Lam et al,. 2012). Penelitian yang dilakukan Praman, et al., (2011) membuktikan bahwa brotowali dapat digunakan dalam terapi hipertensi karena dapat menurunkan tekanan darah melalui reseptor adrenergik-2.

0 comments

Post a Comment