Jahe (Zingiber officinale), merupakan tanaman rimpang yang sangat terkenal sebagai rempah-rempah dan sebagai obat herbal. Berdasarkan bentuk, warna, dan ukuran rimpang, ada 3 jenis jahe yang dikenal, yaitu jahe putih besar/jahe badak, jahe putih kecil atau emprit dan jahe sunti atau jahe merah. Jahe merah merupakan salah satu tanaman obat unggulan asli Indonesia.
Kandungan kimia jahe
Komposisi kimia jahe sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain waktu panen, lingkungan tumbuh (ketinggian tempat, curah hujan, jenis tanah), keadaan rimpang (segar atau kering) dan geografi. Secara umum, ketiga jenis jahe mengandung pati, minyak atsiri, serat, sejumlah kecil protein, vitamin, mineral, dan enzim proteolitik yang disebut zingibain.
Rasa pedas dari jahe segar berasal dari kelompok senyawa gingerol, yaitu senyawa turunan fenol. komponen tertinggi dari gingerol adalah [6]-gingerol. Rasa pedas dari jahe kering berasal dari senyawa shogaol ([6]-shogaol), yang merupakan hasil dehidrasi dari gingerol. Gingerol sangat tidak stabil dengan adanya panas dan pada suhu tinggi akan berubah menjadi shogaol. Shogaol lebih pedas dibandingkan gingerol. Kandungan gingerol jahe merah lebih tinggi dibanding jahe lainnya.
Manfaat jahe untuk kesehatan
Hasil penelitian farmakologi menyatakan bahwa senyawa antioksidan alami dalam jahe cukup tinggi dan sangat efisien dalam menghambat radikal bebas superoksida dan hidroksil yang dihasilkan oleh sel-sel kanker, dan bersifat sebagai anti karsinogenik, non-toksik dan non-mutagenik pada konsentrasi tinggi.
Senyawa [6]-gingerol yang terkandung dalam jahe, telah diteliti dan terbukti mempunyai aktivitas sebagai antipiretik, antitusif, hipotensif, antiimflamasi, analgesik, antitumor, antikanker, antioksidan, dan antifungal.
Senyawa zingerone, yang memberikan karakter sangat tajam dari rimpang jahe, sangat efektif menghambat pertumbuhan Escheria coli penyebab diare, terutama pada anak-anak. Selain itu jahe ternyata dapat menghambat pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae, Salmonella thyphimurium, Bacillus cereus, Enterococcus fecalis dan Staphylococcus aureus.
Jahe juga dilaporkan dapat mengurangi resiko penyakit jantung dan meningkatkan performan dari jantung selama olah raga, karena memberikan efek relaks dalam tubuh. Selain itu, dapat mengurangi berat badan dan anti hiperlipidemia, serta mengurangi mual dan muntah pada ibu hamil.
Secara invitro telah dibuktikan bahwa bahan aktif dalam jahe berpotensi dan prospektif untuk mengobati penyakit Alzheimer, penyakit kronik seperti diabetes, dan hipertensi.
Enzim jahe dapat mengkatalisa protein di dalam pencernaan sehingga tidak menimbulkan mual.
Hasil penelitian terhadap tikus hamil yang diberikan ekstrak jahe secara oral tidak mempengaruhi kehamilan dan tidak menyebabkan toksisitas sampai konsentrasi 1000 mg/kg. Walaupun dilaporkan juga ada beberapa efek samping ringan akibat konsumsi jahe seperti diare ringan atau reaksi alergi ringan. Efek samping terjadi terutama bila jahe dikonsumsi mentah.
Jahe tidak mengandung lemak dan gula sehingga dapat ditambahkan pada produk makanan untuk meningkatkan aroma tanpa penambahan kalori. Di India dan China, teh jahe yang dibuat dari jahe segar tidak hanya mengurangi berat badan tetapi dapat membantu pencernaan. Selain itu, juga dapat mengurangi kolesterol yang dapat merusak kesehatan jantung.
Untuk terapi kanker biasanya dengan cara kemoterapi dan efek samping dari kemoterapi adalah mual dan rambut rontok. Jahe ternyata dapat mengurangi mual sebagai efek samping dari pengobatan kemoterapi, bahkan hasil dari penelitian menunjukkan bahwa jahe dapat melawan sel kanker. Semua ini dikarenakan adanya efek sinergisitas dari zingiberen dan komponen turunannya yang memberikan efek farmakologi.
0 comments
Post a Comment