Salah satu tanaman obat yang banyak dibutuhkan dalam industri obat tradisional dan banyak digunakan masyarakat adalah sambiloto. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menetapkan sambiloto sebagai salah satu tanaman obat unggulan. Sambiloto memiliki khasiatnya yang begitu banyak, hal ini dikarenakan sambiloto memiliki kandungan yang begitu lengkap.
Sambiloto dapat tumbuh di semua jenis tanah sehingga tidak heran jika tanaman ini terdistribusi luas di belahan bumi. Habitat aslinya adalah tempat-tempat terbuka yang teduh dan agak lembab, seperti kebun, tepi sungai, pekarangan, semak, atau rumpun bambu.
Sambiloto yang juga dikenal sebagai “King of Bitters” bukanlah tumbuhan asli Indonesia, tetapi diduga berasal dari India. Menurut data spesimen yang ada di Herbarium Bogoriense di Bogor, sambiloto sudah ada di Indonesia sejak 1893. Di India, sambiloto adalah tumbuhan liar yang digunakan untuk mengobati penyakit disentri, diare, atau malaria.
Di beberapa daerah di Indonesia, sambiloto dikenal dengan berbagai nama. Masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timu menyebutnya dengan bidara, sambiroto, sandiloto, sadilata, takilo, paitan, dan sambiloto. Di Jawa Barat disebut dengan ki oray, takila, atau ki peurat. Di Bali lebih dikenal dengan samiroto. Masyarakat Sumatera dan sebagian besar masyarakat Melayu menyebutnya dengan pepaitan atau ampadu.
Semua bagian tanaman sambiloto, seperti daun, batang, bunga, dan akar, terasa sangat pahit jika dimakan atau direbus untuk diminum. Diduga ini berasal dari andrographolide yang dikandungnya. Sebenarnya, semua bagian tanaman sambiloto bisa dimanfaatkan sebagai obat, termasuk bunga dan buahnya. Namun bagian yang paling sering digunakan sebagai bahan ramuan obat tradisional adalah daun dan batangnya.
Kandungan Sambiloto
Kandungan kimia tanaman sambiloto antara lain: andrografolid, neoandrografolid, homoandrografolid, 14-deoksi-11,12-didehidroandrografolid, 14-deoksi-11-oksoandrografolid, 14-deoksiandrografolid, andrografin, panikulida A, B dan C, panikulin, 5-hidroksi-2’,7,8-trimetoksiflavon, 2’,5-dihidroksi-7,8-dimetoksiflavon, 4’,7-dimetilterapigenin, dan mono-O-metilwigtin. Andrografolid merupakan senyawa identitas dan senyawa kimia utama tanaman sambiloto.Farmakologi Sambiloto
Efek farmakologi sambiloto antara lain: antiinflamasi, anti HIV, antibakteri, antioksidan, antiparasit, antispasmodik, antidiabetes, antikarsinogenik, antipiretik, hepatoprotektif, nematosida, dan aktivitas lainnya. Selain itu, tanaman sambiloto juga berperan sebagai imunostimulan, antihiperglikemia, kardioprotektif, vasorelaksan, antiplatelet, dan hipotensif.Manfaat Sambiloto
Manfaat sambiloto sebenarnya sudah dikenal luas sejak zaman dulu, baik oleh orang Indonesia maupun angsa-bangsa di dunia. Di India, sambiloto adalah tumbuhan liar yang digunakan untuk mengobati penyakit disentri, diare, atau malaria. Hal ini ditemukan dalam Indian Pharmacopeia dan telah disusun paling sedikit dalam 26 formula Ayurvedic. Dalam Traditional Chinese Medicine (TCM), sambiloto memiliki peran penting sebagai tanaman ”cold property” dan digunakan sebagai penurun panas serta membersihkan racun-racun di dalam tubuh.Secara tradisional daun sambiloto digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk meluruhkan air seni, menurunkan panas, obat penyakit kencing manis, disentri basiler, influenza, radang amandel, radang paru-paru, radang saluran pernafasan, radang ginjal, obat gatal, gigitan ular berbisa, bisul, luka bakar, luka karena infeksi, abses, dan kudis.
Resep / Cara Pengolahan Sambiloto
Gatal-gatal :Daun sambiloto 1g; Jahe 1g; Ngokilo 1g; Akar wangi 1g, Semua bahan ditumbuk halus seperti bubuk, Diminum 3x sehari.
Kudis :
Daun sambiloto segar 1 genggam; Belerang sedikit, Campuran ditumbuk hingga halus sampai rata, Dilumurkan pada kulit yang sakit; dan lakukan setiap hari hingga sembuh.
Demam digigit serangga atau binatang berbisa :
Daun sambiloto 1 genggam; Air secukupnya, Dipipis (dilumatkan/dihauskan), Diminum 1 kali sehari 1/4 cangkir; ampas dioleskan pada tempat gigitan.
Kencing manis :
Daun sambilata 25 helai; Daun kumis kucing 25 helai; Air 110 ml, Direbus sampai mendidih, Diminum 1 kali sehari 100 ml.
Radang usus buntu :
Daun sambiloto; Air Secukupnya, Dipipis atau diseduh, Diminum 1 kali sehari 1/4 cangkir; apabila ramuan dibuat seduhan maka diminum 1 kali sehari 100 ml.
Tifus :
Daun sambiloto 17 helai; Air secukupnya, Dipipis, Diminum 1 kali sehari 1/4 cangkir.
Kaki bengkak :
Daun sambiloto; Air secukupnya, Dipipis hingga berbentuk pasta, Diparamkan pada kaki setiap pagi dan sore.
0 comments
Post a Comment